Di bulan September 2011 kami sekeluarga kembali berkunjung ke tempat yang jarang diminati keluarga di Indonesia, ya ke museum. Museum yang kami kunjungi ini terletak di daerah kota, yang letaknya dekat dengan stasiun KA Beos, tepatnya di Jl. Taman Fatahillah No. 2. Boleh dibilang disini adalah kawasan museum karena dalam areal tersebut ada 3 museum yang saling bersebelahan yaitu museum wayang, museum keramik dan yang paling terkenal adalah Museum Fatahillah atau sering juga disebut sebagai Museum Sejarah Jakarta atau juga Museum Batavia. Bahkan ada juga Museum BI yang juga tidak jauh dari sana.

Yang kami kunjungi adalah museum Fatahillah. Seperti pada umumnya, biaya masuk ke museum ini sangat terjangkau (walaupun belum gratis seperti Museum Geologi-Bandung), untuk orang dewasa Rp. 2.000,-/orang dan anak-anak Rp. 600,-/orang. Pembelian tiket masuk dilayani dengan ramah, dan saat itu kami bertemu dengan banyak pengunjung lainnya, walaupun ramai.

Museum yang pernah menjadi balai kota dan dibuat tahun 1707 ini sangat luas dan terlihat sangat kokoh. Terdiri dari 2 lantai, ruangan bawah tanah, halaman depan dan belakang yang luas. Di lantai bawah terdapat pameran keramik2, patung lambang VOC, batu-batuan penemuan arkeologi, gerabah, prasasti, patung2, bahkan replika kebudayaan Jakarta, seperti ada dapur tradisional betawi, warung rokok, becak, gerobak bakso, dll. Sedangkan di lantai atas, terdapat koleksi furnitur peninggalan Belanda yang masih kokoh dan indah. Meja, kursi, tempat tidur, lukisan, pajangan semua lengkap dipajang di sini. Banyak tangga atau jalan yang menhubungkan lantai atas dengan bawah, wah cukup menarik menelusurinya, hati2 dengan anak Anda.

Di lantai atas, terdapat jendela besar yang menghadap ke halaman depan yang luas, yang dulu merupakan alun2. Di samping jendela terdapat tulisan yang menceritakan, bahwa melalui jendela inilah para pimpinan Belanda memberikan perintah untuk menjalankan hukuman mati yang dilaksanakan di tengah2 alun2 tersebut. Wah merinding juga membayangkannya. Dari salah satu ruangan saya melihat tangga menuju menara, sayangnya tertutup, tidak dibuka untuk umum. Padahal saya ingin sekali melihat pemandangana Jakarta dari menara di atas sana.

Di halaman belakang terdapat meriam si Jagur yang dianggap keramat. Di sini juga terdapat patung Dewa Hermes, yaitu anak dewa Zeus dalam mitologi Yunani. Merupakan dewa kerumunan orang, perdagangan, penemuan baru dan atlet. 
Nah dari halaman belakang, kami menuju ruang penjara bawah tanah yang sering dikenal angker. Di penjara ini terdapat bola2 besi yang biasanya diikat ke pergelangan kaki para tahanan.

Di halaman luar terdapat kios souvenir, namun kami tidak masuk ke dalamnya, namun sempat mencicipi minuman yang katanya khas jakarta dimasa lalu yaitu es selendang mayang. 

Museum yang indah, yang saya yakin jika dinas pariwisata dan pemda Jakarta benar2 serius menggarap, akan menjadi objek wisata yang diincar oleh turis lokal maupun mancanegara. Sebagai awal, saya cukup gembira dengan dibangunnya kawasan wisata kota tua, dengan kawasan pedestrian yang luas sehingga para pejalan kaki dan wisatawan dapat menikmati lingkungan dengan nyaman. Didukung dengan adanya sarana busway yang mempermudah transportasi pengunjung sehingga kawasan ini mudah dicapai.

Museum ini buka pada jam 8.30 – 14.30 di hari Selasa-Jumat
8.30 – 11.30 di hari Jumat
8.30 – 13.30 di hari Sabtu
8.30 – 14.30 di hari Minggu

Senin & hari libur Nasional, museum tutup
Salam jalan jajan hemat.

0 komentar :

Post a Comment

 
Top